Selasa, 07 Juni 2011

Kehilangan Seorang sahabat....

Kini Q sendiri
Tiada lagi seorang sahabat
Dia tlah pergi jauh
Dan tak akan kembali lagi
                Hatiku sediah
                Tanpa kehadiran seorang sahabat
                 Diriku kesepian
                 Tanpa ada dia disampingku lagi
Selamat jalan sahabatku
semoga kau sukses
Dan bahagia
Dan sampai pada tujuanmu......

            by:ato3n chygk k'ima

Sabtu, 04 Juni 2011

Dzikir Asmaul Husnah......


Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya hati itu berkarat sebagaimana besi berkarat. Cara membersihkannya adalah dengan mengingat Allah [dzikrullah] ”
“ Qalbu berkarat karena dua hal yaitu lalai dan dosa. Dan pembersihnyapun dengan dua hal yaitu istighfar dan dzikrullah” [HR.Ibnu Ab’id dun ya Al-Baihaqi]
“[yaitu] Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan dzikir hati menjadi tentram.” [Ar-Ra’d : 28]
“ Karena itu ingatlah kepadaKu, niscaya Aku akan ingat kepadamu.. [Al-Baqarah : 152] “Maka apabila kamu telah selesai shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri,duduk dan di kala berbaring.”[An-Nisa:103]
“Katakanlah olehmu,” Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kalian seru, Dia mempunyai Al-Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik).. [Al-Isra : 110]
Berbekallah untuk hari yang sudah pasti. Sesungguhnya kematian adalah muaranya manusia. Relakah dirimu menyertai segolongan orang.. Mereka membawa bekal sedang tanganmu hampa?
Dzikir Asmaul Husna setelah sholat..
AL FATEHAH
BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM. ALHAMDULILLAAHI ROBBIL `ALAMIIN. ARROHMAANIRROHIIM. MALIKI YAUMIDDIIN. IYYAAKA NA`BUDU WA IYYAKA NASTAI`IN. IHDINASSHIROOTHOL MUSTAQIIM. SHIROOTHOL LADZIINA AN `AMTA `ALAIHIM GHOIRIL MAGHDZUUBI `ALAIHIM WALADDHOOLLIIN. AAMIIN.
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian seluruh alam. Yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang. Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembahdan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat bukan jalannya mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
YAA ILAHI ANTA MAQSUDI WA RIDHOKA MATHLUBI A’TINI MAHABBATAKA WA BIQURBI WA BI NAFSIK WA BIMA’RIFATIK.BIROHMATIKA YAA AR HAMAR ROHIMIIN.
Ya Allah hanya Engkau yang aku tuju.. akan kupersembahkan jiwa ragaku,hidup matiku untuk beribadat padaMu. Hanya ridhoMulah yang aku nanti, aku rela lahir dan batin untuk mencari ridhoMu, hanya kedekatanMulah yang aku nantikan.
ASTAGHFIRULLAHALAZHIM .. [ISTIGHFARKAN AKAL KITA>>baca dalam hati] ASTAGHFIRULLAHALAZHIM .. [ISTIGHFARKAN HATI KITA>>baca dalam hati] ASTAGHFIRULLAHALAZHIM .. [ISTIGHFARKAN RAGA KITA>>baca dalam hati]
SUBHANALLAHI WALHAMDU LILLAHI WALA ILAHA ILLALLAHU WALLAHU AKBAR [baca 3x]
Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah,tiada tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.
LAA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL AZHIM
Tiada daya dan upaya kecuali milik Allah Yang Maha Agung
HASBIYAALLAH WA NI’MAL WAKIL NI’MAL MAULA WA NI’MAN NAZHIR Cukuplah Allah menjadi penolong bagiku dan Dia sebaik-baik penolong
LAA ILAHA ILLALLAH 7X MUHAMMADUR RASULULLAH 1x
Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah
ASMAUL HUSNA
BULAN I
HARI 1 : YAA ALLAH YAA RAHMAN : MAHA PENGASIH
HARI 2 : YAA ALLAH YAA RAHIM : MAHA PENYAYANG
HARI 3 : YAA ALLAH YAA MALIK : MAHA RAJA
HARI 4 : YAA ALLAH YAA QUDUUS : MAHA SUCI
HARI 5 : YAA ALLAH YAA SALAM : MAHA SEJAHTERA
HARI 6 : YAA ALLAH YAA MUKMIN : MAHA MENJAGA KEAMANAN
HARI 7 : YAA ALLAH YAA MUHAIMIN : MAHA MEMELIHARA
Untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan kami tidak menampilkan seluruh isi Asmaul Husna, dikarenakan untuk mempelajari ajaran Asmaul Husna harus dibawah Bimbingan Ustad pembimbing.
Untuk info lebih lengkapnya, silahkan datang ke Majlis Dzikir At-Tadzkir di Kotabumi Tangerang.
Tuntunan Dzikir At-Tadzkir oleh Bapak KH.M.Nur Gozhali.

Sisi lain Di balik Asmaul Husnah.......

1. Mengamalkan Asma'ul Husna Secara Benar dan Bermanfaat

Agaknya istilah “asmaul husna” sangatlah akrab di telinga kita. Bahkan konon asmaul husna memiliki khasiat yang luar biasa. Sebagian yang lain berpendapat bahwa asmaul husna mengandung energi yang hebat jika diamalkan. Kita sering mendengar demikian.
Lalu kita berusaha menghafalkan asmaul husna dan menjadikannya sebagai wirid. Namun energi yang hebat dan dahsyat itu belum merasuk dan berimbas bagi pembentukan kepribadian. Adakah yang kurang tepat?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana ini dibutuhkan uraian dan kajian yang panjang. Bab demi bab pada buku ini akan mengantarkan kita sehingga menemukan jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi di balik asmaul husna.

Asmaul Husna Bukan Sekedar Nama Allah

Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang berjumlah sembilan puluh sembilan. Nama-nama indah sesuai dengan sifatNya. Namun sesungguhnya jika dikaji secara mendalam asmaul husna tidak sekedar nama Allah. Lebih dari itu, asmaul husna merupakan sebuah media untuk mendekatkan hamba kepada Robbnya.

Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna... QS. al-A’raf 180.

Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, karena Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang terbaik)... QS. al-Isra’ 110.
Asmaul husna haruslah diyakini secara benar dan diamalkan secara tepat. Sebagai orang beriman kita memang wajib meyakini bahwa nama-nama itu merupakan milik Allah swt. Asma berasal dari bahasa Arab yang artinya nama-nama. Ada yang menyebutnya sebagai tanda. Bukankah nama atau sebutan itu merupakan ‘tanda’. Dan asma bagi Allah adalah sesuatu tanda yang perlu dijunjung tinggi. Adapun husna adalah bentuk muannats dari kata ahsan yang artinya terbaik.

Secara kebahasaan, asmaul husna merupakan nama-nama yang baik. Makna dari nama-nama yang baik itu mengandung sifat-sifat mulia dan terpuji. Namun haruslah dipahami asmaul husna –sifat yang dimiliki Allah swt. itu– bukanlah sifat yang sama dengan dimiliki oleh manusia (makhluk). Hanya saja yang perlu ditekankan, bahwa manusia berupaya untuk mendekati sifat-sifat terpuji tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak akan dapat menguasai asmaul husna secara sempurna, karena sifat itu hanya milik Allah. Tetapi, setidak-tidaknya mendapatkan pancaran dari sifat-sifat itu.
Jadi, asmaul husna bukanlah sekedar nama-nama indah yang dimiliki Allah. Tetapi di balik itu mengandung sebuah pesan agar kita berusaha untuk mengimplemantasikan sifat terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap tingkah laku, dan untuk menata qalbu.
Sifat-sifat baik dan akhlak terpuji yang kita miliki merupakan cerminan dari sifat asmaul husna. Pada dasarnya kita menyukai yang baik-baik. Orang yang memiliki sifat baik, tentu diterima dalam pergaulan dan mudah mencapai sukses (keberuntungan hidup).
“Membaca” asmaul husna mengandung arti yang sangat luas. Tidak hanya sedekar membaca dan menjadikan sebagai wirid. Namun sesungguhnya konteks membaca yang dimaksudkan bisa bermakna menghayati, memaknai dan menerapkan untuk diri sendiri maupun orang lain.
Allah memiliki nama ar-Rahim, artinya Yang Maha Penyayang. Nama ini memang milik Allah. Tetapi hendaknya manusia berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menerapkan ar-rahim, yaitu sifat penyayang. Orang yang cerdas dan ingin menjadi sukses di bidang apa saja senantiasa berusaha menempatkan akhlaknya menjadi manusia penyayang terhadap sesama. Dengan begitu, penghayatan terhadap asmaul husna tidaklah sia-sia. Ia akan memiliki aura (cahaya) teduh bagi sesamanya. Aura kasih itu terpancar melalui setiap perilaku dan keputusannya.
Sifat-sifat yang harus dikembangkan pada pembentukan karakter adalah sifat yang mencerminkan asmaul husna, misalnya pemurah, penyayang, suci, damai, yakin, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat terpuji (akhlak mulia). Sesuatu yang baik akan mendatangkan kebaikan. Jika kita menerapkan sifat-sifat itu dalam kehidupan sehari-hari, pastilah selalu mendapat kemudahan dalam menjalani hidup ini.

Allah Meniupkan Asmaul Husna Ke Roh Manusia

Secara fitrah manusia telah dibekali sifat-sifat baik dan terpuji; sifat-sifat yang merupakan pancaran dari asmaul husna. Sayangnya, sejalan dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan, sifat-sifat fitrah itu perlahan-lahan lemah, menjadi terkalahkan.
Sejak lahir manusia telah dilengkapi oleh hati yang fitrah (bersih). Hati itu telah merekam sifat-sifat Allah. Jika ia mampu memeliharanya hingga dewasa, maka pancaran asmaul husna akan membuat dirinya mulia. Namun jika sifat fitrah itu terkontaminasi dengan sesuatu yang buruk (lawan dari asmaul husna), tentu akan melunak. Kekuatan sifat-sifat Allah akhirnya dibelenggu oleh emosi diri, oleh prasangka negatif, dan pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan.
Meskipun misalnya seseorang memiliki sifat fitrah yang melunak. Dengan kata lain, sifatnya yang terpuji dikalahkan oleh sifat-sifat tercela, tetapi pada hakikatnya ia tetap memilih sesuatu yang baik. Orang sekalipun ia jahat, tetapi masih menyukai sifat-sifat terpuji. Jika disodorkan kepadanya dua orang yang berbeda sifatnya. Misalnya si A sifatnya pemarah dan B sifatnya lembut penyabar, tentu ia cenderung kepada si B.
Sebagai gambaran, suatu ketika tampak seorang hamil tua sedang meyeberang jalan. Tiba-tiba pengendara sepeda motor menabraknya hingga perempuan itu terjatuh. Ulah pengemudi yang ceroboh dan ugal-ugalan itu menimbulkan rasa tidak simpati. Tetapi terhadap korban, mereka merasa kasihan dan melakukan pertolongan. Ini menandakan bahwa setiap jiwa manusia memiliki sifat-sifat terpuji asmaul husna berupa perasaan sayang dan menyukai kebenaran.
Sifat fitrah yang dimiliki manusia itu disebut suara hati. Ada yang mengistilahkan bisikan nurani. Ketika kita hendak melakukan perbuatan tercela, secara refleks hati nurani mencegahnya. Ia mengatakan, perbuatan yang hendak kita lakukan itu buruk. Hanya saja, kadang-kadang kita tidak lagi menghiraukan peringatan suara hati tersebut. Suara hati menjadi terkalahkan oleh emosi dan hawa nafsu.
Keinginan suara hati selalu baik, karena memang ia adalah pancaran dari sifat Allah. Kita mempunyai keinginan untuk menyayangi, ini merupakan pencerminan dari sifat ar-Rahman. Kita ingin berkarya (menciptakan) sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Keinginan ini pencerminan dari sifat al-Khaliq. Kita ingin mendapatkan keadilan dan ingin berbuat adil terhadap orang lain. Sifat fitrah ini merupakan pengaruh dari sifat al-Adli. Sederetan nama-nama indah (asmaul husna) yang merupakan sifat Allah tersebut sudah ditiupkan kepada kita semenjak awal penciptaan, yaitu saat dalam kandungan (bersambung)

Cara Metutup Aurat....!!!!


      Persoalan aurat ini telah diputuskan secara jelas oleh Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an menerusi ayat hijab iaitu ayat 30 dan 31 Surah al-Nur yang bermaksud:
30.”Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan (kemaluan) mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Amat Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang mereka kerjakan.
31. Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan (kemaluan) mereka, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya, dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan tudung kepala mereka, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka…..” sehingga akhir terjemahan ayat ini.
Kehendak ayat ini adalah jelas, kecuali maksud “perhiasan tubuh yang zahir” itu. Allah tidak menerangkan maksudnya, begitu juga tiada hadis qawli (ucapan Nabi ) yang sahih tentangnya. Tetapi hadis iqrari (perakuan Nabi ) yang sahih amatlah banyak sekali, iaitu perakuan Nabi  terhadap para Sahabiat (sahabat wanita) yang semuanya bertudung setelah turun ayat hijab itu, seperti berikut:
  • Pertamanya, hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Ibn Jarir daripada ‘Aishah r.a.:
“Allah merahmati wanita-wanita Muhajirin yang pertama, apabila turunnya ayat (yang bermaksud) “…dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan tudung kepala mereka…”, serta-merta mereka mengoyakkan apa sahaja kain (yang ada di sekeliling mereka) lalu bertudung dengannya.”
  • Kedua, hadis sahih yang diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dan Abu Dawud daripada Safiyyah bint Shaybah katanya:
“Ketika kami bersama ‘Aishah r.a., kami menyebut-nyebut tentang kelebihan-kelebihan wanita Quraisy, lalu ‘Aishah menyampuk: “Memang benar wanita Quraisy ada kelebihan, tetapi demi Allah sesungguhnya aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik daripada wanita Ansar dari segi kuatnya iman dan pegangan mereka terhadap kitab Allah. Apabila Allah turunkan ayat (yang bermaksud) “…dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan tudung kepala mereka…”, serta-merta suami-suami mereka balik dan membacakan kepada mereka apa yang Allah turunkan kepada mereka, anak perempuan mereka, saudara perempuan mereka dan semua kaum kerabat mereka, sehingga tiada seorang perempuan pun daripada mereka melainkan bergegas mencari apa saja kain yang ada di sekeliling mereka lalu bertudung dengannya sebagai membenarkan dan membuktikan iman kepada apa yang Allah turunkan, maka jadilah mereka wanita-wanita yang bertudung bersama Rasulullah saw, seperti sekumpulan gagak hitam berada atas kepala mereka.”
Lihat tentang tafsiran dua ayat dan dua hadis di atas dalam Muhd Ali al- Sabuni, Mukhtasar Tafsir Ibn Kathir, (percetakan Dar al-Sabuni, Kaherah, t.t.)
  • Dan ketiga, satu hadis yang tidak berapa sahih tentang tafsiran”perhiasan tubuh yang zahir” itu ialah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud daripada ‘Aishah r.a.:
Bahawa Asma’ bint Abi Bakr (kakaknya) datang bertemu Nabi s.a.w. dalam keadaan pakaiannya nipis sehingga nampak kulit badannya, lalu Nabi s.a.w. pun berpaling daripadanya dan bersabda: “Wahai Asma’, seorang perempuan yang telah sampai haidh (baligh) tidak boleh dilihat (hendaklah bertutup) pada badannya melainkan ini dan ini” (sambil baginda menunjukkan ke arah wajah dan kedua pergelangan tangannya).
Dalam mentafsirkan ayat al-Qur’an yang bermaksud “dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya dan hendaklah mereka menutup belahan leher baju mereka dengan tudung kepala mereka”. Prof. Dr. Hamka, dalam buku Tafsir Al-Azhar jld. 7 menjelaskan bahawa  : ‘Peringatan kepada perempuan, selain menjaga penglihatan mata dan memelihara kemaluan, ditambah lagi iaitu janganlah dipertontonkan perhiasan mereka kecuali yang nyata sahaja. Cincin di jari, muka dan tangan, itulah perhiasan yang nyata. Ertinya yang sederhana  dan tidak menyolok dan menganjurkan. Kemudian diterangkan pula bahawa hendaklah selendang (kudung) yang telah memang tersedia ada di kepala itu ditutupkan ke dada’.
Dalam mentafsirkan ayat yang sama, Ahmad Mustafa Al-Maraghiy dalam kitabnya Tafsir Al-Maraghiy jld.9 pula menjelaskan bahawa :“Begitu juga setiap wanita hendaklah tidak menampakkan sedikitpun perhiasannya terhadap lelaki yang bukan muhrim, kecuali perhiasan yang biasa nampak dan tidak mungkin dapat disembunyikan, seperti cincin, celak mata dan lipstik. Dalam hal ini mereka tidak akan mendapat kesalahan. Kecualilah jika mereka menampakkan perhiasan yang patut disembunyikan seperti gelang tangan, gelang kaki, kalung mahkota, selempang dan anting-anting kerana semua perhiasan ini terletak pada bahagian tubuh (pergelangan tangan, betis, leher, kepala, dada dan telinga) yang haram dipandang kecuali oleh orang yang dibenarkan untuk melihatnya. Setelah melarang daripada menampakkan perhiasan, Allah Ta’ala selanjutnya memerintahkan agar menyembunyikan sebahagian tempat perhiasan pada anggota tubuh itu di mana mereka hendaklah melabuhkan tudung kepala ke dada bahagian atas hingga di bawah leher, supaya dengan yang demikian mereka dapat menutupi rambut, leher dan dadanya, sehingga tidak sedikitpun dapat dilihat oleh orang lain. Seringkali wanita menutupkan sebahagian tudungnya ke kepala dan sebahagian lagi dilabuhkan ke punggung sehingga nampak pangkal leher serta sebahagian dadanya seperti yang telah menjadi adat jahiliyyah. Dari itu mereka dilarang berbuat demikian”.
Daripada kedua-dua tafsiran ini jelaslah bahawa seorang wanita yang beriman itu wajib memakai tudung dan menutup aurat serta perhiasan-perhiasan yang terletak pada bahagian tubuh yang wajib disembunyikan daripada pandangan orang yang bukan muhrim kecuali pada muka dan kedua-dua pergelangan tangan yang merupakan perhiasan yang nyata bagi mereka.
Seterusnya, Allah Ta’ala turut menegaskan lagi mengenai kewajipan ini dalam Al-Qur’an Al-Karim menerusi ayat 59 Surah al-Ahzab yang bermaksud:
“Wahai nabi (Muhammad), suruhlah kepada isteri-isteri kamu, anak-anak perempuan kamu dan wanita-wanita beriman agar melabuhkan jilbab (pakaian bagi menutup seluruh tubuh) mereka (semasa mereka keluar), cara yang demikian itu lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasihani (terhadap dosa kamu di masa lalu).”
Dalam mentafsirkan ayat ini, Imam Ibn Kathir berkata, “Allah s.w.t. memerintahkan NabiNya supaya menyuruh isteri, anak dan wanita beriman agar mereka melabuhkan jilbab mereka supaya mereka berbeza dengan wanita jahiliyyah (yang tidak menutup aurat), dan jilbab ialah kain yang dipakai di atas tudung kepala…” (Lihat Muhd ‘Ali al-Sabuni, Mukhtasar Tafsir ibn Kathir, Dar al-Sabuni, Kaherah, t.t.)
           Berdasarkan tafsiran ini, makna jilbab yang paling tepat dalam konteks hari ini ialah cadur, seperti yang dipakai oleh wanita Iran itu. Bagaimanapun jilbab yang difahami dan dipakai oleh wanita Islam Melayu sekarang pun telah mencapai maksud ayat tadi, iaitu supaya mereka dikenal sebagai wanita solehah dan tidak berani diganggu oleh lelaki fasiq pada kebiasaannya. Jilbab itu hendaklah labuh sedikit sehingga menutup bentuk dada mereka dan lebih baik lagi sehingga menutup paras punggung mereka. Ini kerana antara tempat yang paling menarik perhatian dan menjadi bualan lelaki-lelaki fasiq ialah dua tempat sensitif itu. Maka perlulah tutup lebih sedikit berbanding betis dan lengan. Perkara inilah yang wajib difahami oleh wanita-wanita yang mulia, terhormat dan mempunyai harga diri. Adapun wanita yang tidak bercita-cita sedemikian, maka mereka mencipta pelbagai alasan untuk mengharuskan pendedahan aurat atau perhiasan sulit (bukan zahir) mereka. Namun para pendakwah perlulah berhikmah dan beransur-ansur dalam pendekatan mereka. Jangan menghentam, menyerang dan menghina wanita Islam yang belum dihidayatkan Allah itu. Berilah galakan kepada mereka dan puji-pujilah mereka bahawa mereka kelihatan lebih cantik dan menawan bila mereka menutup aurat. Mudah-mudahan pujian tersebut dapat melembutkan hati mereka untuk bertudung dan menutup aurat dengan sempurna. Namun, pendekatan beransur-ansur itu bukan bermakna mengatakan mendedah rambut tidak berdosa. Ini adalah pernyataan yang salah dan menyeleweng daripada tuntutan syariat Allah dan Rasul-Nya.
        Cara menutup aurat seperti yang diterangkan tadi adalah wajib bagi setiap wanita Islam bermula sejak mereka baligh sehingga mencapai usia yang tiada keinginan untuk berkahwin/bersuami lagi (menopaus). Bila mereka telah mencapai usia menopaus dan tiada keinginan lagi, maka ketika itu ada kelonggaran untuk mereka tidak menutup rambut dengan syarat tidak bersolek. Jika mereka masih bersolek dan berpakaian seksi, maka dakwaan bahawa mereka tiada keinginan adalah tidak diterima, kerana lazimnya tujuan solek dan pakaian seksi itu adalah untuk menarik perhatian dan mencari pasangan. Walau bagaimanapun, kekal beriltizam dengan cara menutup aurat yang sempurna itu adalah lebih baik bagi mereka, walaupun sesudah tiada keinginan. Hukum ini berdasarkan ayat 60 Surah al-Nur.

Aurat Bg Wanita....!!!!

       Ringkasnya, di sini saya senaraikan had-had pandangan atau aurat bagi wanita menurut al-Quran dan hadis, dari apa yang saya baca dan fahami.. Fikirkan dan semuanya terletak atas keimanan anda.

1.BULU KENING

Menurut Bukhari: “Rasulullah s.a.w melaknat perempuan yang mencukur(menipiskan bulu kening / meminta supaya dicukurkan bulu kening)”.
Riwayat Abu Daud Fi Fathil Bari

2.KAKI

“Dan janganlah mereka (perempuan) membentakkan kaki (atau mengangkatnya) agar di ketahui perhiasan yang mereka sembunyikan”.
An-Nur :31
* Menampakkan kaki
* Melenggokkan badan mengikut hentakan kaki

3.WANGIAN

“Siapa sahaja wanita yang memakai wangian kemudian melewati suatu kaum supaya mereka mencium baunya,maka wanita itu telah dianggap melakukan zina dan tiap-tiap mata ada zina”.
Riwayat Nasaie’,Ibn Khuzaimah dan Hibban

4.DADA

“Hendaklah meraka (perempuan) melabuhkan kain tudung hingga menutupi dada-dada mereka…”.
An-Nur :31

5.GIGI

“Rasulullah melaknat perempuan yang mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan giginya”.
Riwayat At-Thabrani
“Dilaknat perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik yang merubah ciptaan Allah”.
Riwayat Bukhari dan Muslim

6.TANGAN

“Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya”.
Riwayat At-Tabrani dan Baihaqi

7.MUKA DAN LEHER

“Dan tinggallah kamu (perempuan) di rumah kamu dan janganlah kamu menampakkan perhiasanmu seperti orang jahiliyyah yang dahulu”.
Bersolek (make-up)
Menurut Maqatil : membiarkan ikatan tudung yang menampakkan leher seperti orang jahiliyyah dengan sengaja.
8.RAMBUT
“Wahai anakku Fatimah ! adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mahu menutup rambutnya daripada dilihat oleh lelaki yang bukan mahramnya”.
Riwayat Bukhari dan Muslim
9.MATA
“Dan katakanlah kepada perempuan mukmin hendaklah mereka menundukkan sebahagian dari pandangannya”.
An-Nur : 31
“Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan yang pertama,ada pun pandangan seterusnya tidak di benarkan”.
Riwayat Ahmad,Abu Daud dan Tirmidzi

10.PAKAIAN

“Barangsiapa memakai pakaian yang berlebih-lebihan,maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan dihari akhirat nanti”.
Riwayat Ahmad,Abu Daud,An-Nasaie dan Ibn Majah
“Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat.Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mencium baunya”.
Riwayat Bukhari dan Muslim
Berpakaian tipis/jarang
Berpakaian ketat/nampak bentuk
Berpakaian berbelah/membuka bahagian-bahagian tertentu
“Hai nabi-nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin,hendaklah mereka memakai baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang demikian itu supaya mereka mudah dikenali.Lantaran itu mereka tidak diganggu.Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Al-Ahzab : 59

11.KEMALUAN

“Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan mukmin,hendaklah mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka (jangan berzina)”.
An-Nur : 31
“Apabila seorang perempuan itu sembahyang lima waktu,puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (tidak berzina) dan menta’ti suaminya,maka masuklah ia ke dalam syurga daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya”.
Riwayat Al-Bazaar
“Tiada seorang perempuan pun yang membuka pakaiannya bukan di rumah suaminya,melainkan dia telah membinasakan tabir antara dirinya dengan Allah”.
Riwayat Tirmidzi,Abu Daud dan Ibn Majah

12.MUKA DAN TANGAN

Asma’ binti Abu Bakar telah menemui Rasulullah s.a.w dengan memakai pakaian yang tipis.Sabda Rasulullah s.a.w: “Wahai Asma’!Sesungguhnya seorang gadis yang telah berhaidh tidak boleh baginya menzahirkan anggota badan kecuali pergelangan tangan dan wajah sahaja”.
Riwayat Bukhari dan Muslim

13.MULUT (SUARA)

“Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada perasaan serong dalam hatinya,tetapi ucapkanlah perkataan-perkataan yang baik”.
Al-Ahzab : 32
“Sesungguhnya akan ada ummatku yang minum arak yang mereka namakan dengan yang lain,iaitu kepala mereka dilalaikan oleh-oleh bunyi-bunyian (muzik) dan penyanyi perempuan,maka Allah akan tenggelamkan mereka itu dalam bumi”.
Riwayat Ibn Majah

Rabu, 11 Mei 2011

Arti penting asmaul husnah dalam AL-QUR'AN dan ISLAM


Dalam agama IslamAsmaa'ul husna adalah nama-nama Allah ta'ala yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berati yang baik atau yang indah jadi Asma'ul Husna adalah nama nama milik Allah ta'ala yang baik lagi indah.
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allahadalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad SAW.
Asmaaulhusna secara harfiah ialah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keteranga Al-Qur'an tentang Allahta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-Ikhlas.
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha EsaAllah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia". (QS. Al-Ikhlas : 1-4)
Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang Memiliki Maha DekatAllah Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasihdan Maha Penyayang. Sifat-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu nama-nama, sebutan atau gelar yang baik.

Dalil

Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di dalam Al-Qur'an dan Hadits tentang asmaa'ul husna:
  • "Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)." - (Q.S. Thaa-Haa : 8)[1]
  • Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" - (Q.S Al-Israa': 110)[1]
  • "Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." - (QS. Al-A'raaf : 180)[1]

[sunting]Asma Al-Husna

No.NamaArabIndonesia
AllahاللهAllah
1Ar RahmanالرحمنYang Maha Pengasih
2Ar RahiimالرحيمYang Maha Penyayang
3Al MalikالملكYang Maha Merajai/Memerintah
4Al QuddusالقدوسYang Maha Suci
5As SalaamالسلامYang Maha Memberi Kesejahteraan
6Al Mu`minالمؤمنYang Maha Memberi Keamanan
7Al MuhaiminالمهيمنYang Maha Pemelihara
8Al `AziizالعزيزYang Memiliki Mutlak Kegagahan
9Al JabbarالجبارYang Maha Perkasa
10Al MutakabbirالمتكبرYang Maha Megah, Yang Memiliki Kebesaran
11Al KhaliqالخالقYang Maha Pencipta
12Al Baari`البارئYang Maha Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
13Al MushawwirالمصورYang Maha Membentuk Rupa (makhluknya)
14Al GhaffaarالغفارYang Maha Pengampun
15Al QahhaarالقهارYang Maha Memaksa
16Al WahhaabالوهابYang Maha Pemberi Karunia
17Ar RazzaaqالرزاقYang Maha Pemberi Rejeki
18Al FattaahالفتاحYang Maha Pembuka Rahmat
19Al `AliimالعليمYang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
20Al QaabidhالقابضYang Maha Menyempitkan (makhluknya)
21Al BaasithالباسطYang Maha Melapangkan (makhluknya)
22Al KhaafidhالخافضYang Maha Merendahkan (makhluknya)
23Ar Raafi`الرافعYang Maha Meninggikan (makhluknya)
24Al Mu`izzالمعزYang Maha Memuliakan (makhluknya)
25Al MudzilالمذلYang Maha Menghinakan (makhluknya)
26Al Samii`السميعYang Maha Mendengar
27Al BashiirالبصيرYang Maha Melihat
28Al HakamالحكمYang Maha Menetapkan
29Al `AdlالعدلYang Maha Adil
30Al LathiifاللطيفYang Maha Lembut
31Al KhabiirالخبيرYang Maha Mengenal
32Al HaliimالحليمYang Maha Penyantun
33Al `AzhiimالعظيمYang Maha Agung
34Al GhafuurالغفورYang Maha Pengampun
35As SyakuurالشكورYang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36Al `AliyالعلىYang Maha Tinggi
37Al KabiirالكبيرYang Maha Besar
38Al HafizhالحفيظYang Maha Memelihara
39Al MuqiitالمقيتYang Maha Pemberi Kecukupan
40Al HasiibالحسيبYang Maha Membuat Perhitungan
41Al JaliilالجليلYang Maha Mulia
42Al KariimالكريمYang Maha Mulia
43Ar RaqiibالرقيبYang Maha Mengawasi
44Al MujiibالمجيبYang Maha Mengabulkan
45Al Waasi`الواسعYang Maha Luas
46Al HakiimالحكيمYang Maha Maka Bijaksana
47Al WaduudالودودYang Maha Mengasihi
48Al MajiidالمجيدYang Maha Mulia
49Al Baa`itsالباعثYang Maha Membangkitkan
50As SyahiidالشهيدYang Maha Menyaksikan
51Al HaqqالحقYang Maha Benar
52Al WakiilالوكيلYang Maha Memelihara
53Al QawiyyuالقوىYang Maha Kuat
54Al MatiinالمتينYang Maha Kokoh
55Al WaliyyالولىYang Maha Melindungi
56Al HamiidالحميدYang Maha Terpuji
57Al MuhshiiالمحصىYang Maha Mengkalkulasi
58Al Mubdi`المبدئYang Maha Memulai
59Al Mu`iidالمعيدYang Maha Mengembalikan Kehidupan
60Al MuhyiiالمحيىYang Maha Menghidupkan
61Al MumiituالمميتYang Maha Mematikan
62Al HayyuالحيYang Maha Hidup
63Al QayyuumالقيومYang Maha Mandiri
64Al WaajidالواجدYang Maha Penemu
65Al MaajidالماجدYang Maha Mulia
66Al WahiidالواحدYang Maha Tunggal
67Al AhadالاحدYang Maha Esa
68As ShamadالصمدYang Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
69Al QaadirالقادرYang Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
70Al MuqtadirالمقتدرYang Maha Berkuasa
71Al MuqaddimالمقدمYang Maha Mendahulukan
72Al Mu`akkhirالمؤخرYang Maha Mengakhirkan
73Al AwwalالأولYang Maha Awal
74Al AakhirالأخرYang Maha Akhir
75Az ZhaahirالظاهرYang Maha Nyata
76Al BaathinالباطنYang Maha Ghaib
77Al WaaliالواليYang Maha Memerintah
78Al Muta`aaliiالمتعاليYang Maha Tinggi
79Al BarriالبرYang Maha Penderma
80At TawwaabالتوابYang Maha Penerima Tobat
81Al MuntaqimالمنتقمYang Maha Pemberi Balasan
82Al AfuwwالعفوYang Maha Pemaaf
83Ar Ra`uufالرؤوفYang Maha Pengasuh
84Malikul Mulkمالك الملكYang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
85Dzul Jalaali Wal Ikraamذو الجلال و الإكرامYang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
86Al MuqsithالمقسطYang Maha Pemberi Keadilan
87Al Jamii`الجامعYang Maha Mengumpulkan
88Al GhaniyyالغنىYang Maha Kaya
89Al MughniiالمغنىYang Maha Pemberi Kekayaan
90Al MaaniالمانعYang Maha Mencegah
91Ad DhaarالضارYang Maha Penimpa Kemudharatan
92An Nafii`النافعYang Maha Memberi Manfaat
93An NuurالنورYang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
94Al HaadiiالهادئYang Maha Pemberi Petunjuk
95Al BaadiiالبديعYang Indah Tidak Mempunyai Banding
96Al BaaqiiالباقيYang Maha Kekal
97Al WaaritsالوارثYang Maha Pewaris
98Ar RasyiidالرشيدYang Maha Pandai
99As ShabuurالصبورYang Maha Sabar